Info Lengkap, Kabukicho Red District daerah tokyo. Jakarta Pasca-Perang Dunia II, Jepang mulai kembali menata daerah-daerahnya yang luluh lantak, salah satunya kawasan Kabukicho yang awalnya bernama Tsunohazu. Di tangan Kihei Suzuki, seseorang yang bertugas sebagai kepala program rekonstruksi, kawasan ini dirancang untuk menjadi distrik pusat hiburan, yang ditandai dengan didirikannya bioskop Kabuki. SahabatQQ
Menurut informasi yang dikutip dari laman Theculturetrip, Selasa (12/9/2017), wajah Tsunohazu berubah drastis setelah Hideaki Ishikawa datang dan bermunculan klub-klub malam. Pada 1 April 1948, kawasan ini resmi bernama Kabukicho dan menjadi salah satu destinasi “wisata malam” legendaris di Jepang.
Hampir setiap orang Jepang saat mendengar kata “Kabukicho” langsung tersenyum, mengingat nama tersebut telah menjadi salah satu “red distrik” terbesar di Tokyo. Semua sopir taksi pun tahu di mana lokasi tersebut berada saat Anda bilang “Kabukicho”. DominoQQ
Tempat tersebut bagi kebanyakan pria Jepang kerap dijadikan sebagai tempat melepas lelah setelah seharian bekerja. Berada di Prefektur Niigata, dan tidak jauh dari pusat Kota Tokyo, kawasan ini juga menjadi destinasi wisata turis mancanegara yang ingin “jajan”. Tidak heran jika sedang berada di kawasan ini, Anda akan menemukan banyak wajah-wajah asing dari berbagai negara.
“Kawasan ini tidak pernah tidur, siapa pun yang datang ke sini ingin bersenang-senang,” ungkap seorang pria Jepang, seperti dikutip dari situs Fuzokupedia.
Tidak Melulu tentang Seks
Meski citra Kabukicho kental dengan nuansa negatif, tidak semua wanita di tempat ini bekerja sebagai muncikari. Sebagian wanita juga pria di tempat ini ada yang bekerja hanya sebagai teman ngobrol atau yang dikenal dengan sebutan host dan hostess. DominoQQ Terpercaya
Kultur orang Jepang yang luwes terhadap sesama, menjadikan bisnis ini makin menjamur. Mereka bisa ngobrol hingga semalam suntuk untuk melepas penat meski tidak saling kenal. Seorang hostess bahkan bisa meraup penghasilan hingga ratusan ribu yen dalam semalam dari profesi sebagai “teman ngobrol”, mengingat seorang tamu yang datang perlu merogoh kocek paling tidak 100 ribu yen untuk dapat teman ngobrol di tempat ini.
No comments:
Post a Comment